Allah memang Maha Adil,
karena di setiap kelemahan selalu ditemani dengan kelebihan begitu pun sebaliknya
dan beberapa orang ini membuktikannya
Kurang harta bukan berarti tidak mampu memberi
( Kisah Mak Yati )
karena di setiap kelemahan selalu ditemani dengan kelebihan begitu pun sebaliknya
dan beberapa orang ini membuktikannya
Kurang harta bukan berarti tidak mampu memberi
( Kisah Mak Yati )
Mak Yati cuma seorang pemulung barang-barang bekas yang bersama Maman, suaminya, tinggal di sebuah gubuk sederhana ukuran 5x3 meter di lahan milik Dinas Sosial DKI Jakarta yang digunakan untuk Panti Sosial Putra Utama 3 Tebet. Penghasilannya pun tidak menentu, cuma Rp 20.000 sampai Rp 30.000 sehari.
Tapi penghasilannya yang kecil alias pas-pasan tak mampu mengalahkan “niat”nya yang begitu besar. Sudah sejak lama Mak Yati ingin membeli kambing untuk kurban. Niat itu tak dibiarkannya menjadi wacana atau angan-angan semata. Perempuan renta yang merantau dan jadi pemulung di Jakarta sejak 1965 itu, sejak tiga tahun lalu rajin menabung. Hasil tabungannya kemudian dibelikan kalung emas. Mak Yati boleh dibilang istiqomah dalam menabung untuk mencapai cita-citanya.
Sampai menjelang Idul Adha 1433 Hijriyah kemarin, Mak Yati mempunya tiga kalung emas. Tanpa ragu atau merasa “eman”, ia lantas menjual ketiga kalungnya itu seharga Rp 3,8 juta. Dengan uang sebesar itu, ia melangkah mantap mendatangi penjual kambing di kawasan Tebet. Dan tanpa ragu-ragu, Mak Yati membeli dua ekor kambing seharga Rp 3 juta yang kemudian diserahkannya ke panitia qurban di Masjid Al Ittihad.
NIAT yang kuat adalah kata kunci yang muncul dari lubuk hatinya yang sangat dalam. Bukan cuma niat di bibir yang tak ada realisasinya. Tapi niat ingin mendapatkan ridho Allah dengan berkurban. Kalau tak punya niat yang kuat, mustahil Mak Yati mampu menabung dari penghasilan hariannya yang sangat sedikit itu. Lebih baik ia membeli bahan makanan untuk menyambung hidup sehar-hari.
Di balik keluguannya, Mak Yati juga cerdas. Ia tak mau menyimpan uang tabungannya di bank karena bunga bank mengandung riba. Ia juga tak mau menyimpan uangnya di bawah kasur tipis miliknya, khawatir ada yang mencuri. Tapi dia belikan emas yang harganya terus naik.
Dengan niatnya yang begitu kuat, Mak Yati sebenarnya telah memberi pengajaran kepada kita. Mak Yati telah mencontoh keteladanan Nabi Ibrahim AS, istrinya Siti hajar, dan anak mereka, Nabi Ismail AS. Dalam kepapaan, Mak Yati ikhlas berkurban demi keyakinannya terhadap Robb Yang Maha Pengasih. Kecintaannya kepada Allah Swt mengalahkan rasa sayangnya terhadap sedikit harta yang dimilikinya. Ia tak mau terbelenggu oleh kepentingan duniawi dan menjadi manusia yang kufur nikmat.
Pengajaran lain, kalau Mak Yati mampu menyisihkan sedikit dari penghasilan hariannya yang tidak menentu untuk ditabung dan membeli hewan kurban, kenapa kita, yang punya penghasilan tetap setiap bulan tak bisa mengikuti jejaknya? Jawabannya, karena kita tak punya niat seteguh Mak Yati, tidak istiqomah, dan tidak ikhlas berkurban.
Gadis Pelukis tanpa kedua tangannya (Kisah Ananda Dewi)
Ananda Dewi dilahirkan orang tuanya di Kebumen tanpa memiliki dua tangan. Namun keterbatasan itu tak mampu menghadang Ananda dalam meraih prestasi.
Meski berasal dari keluarga tak mampu, Ananda, sapaan akrabnya mempunyai cita-cita setinggi langit. Untuk mewujudkan cita-citanya, dia berkeinginan keras untuk bersekolah. Tetapi tak sedikit sindiran yang diperolehnya atas keinginan untuk bersekolah, Ananda menjawabnya dengan prestasi di sekolah. Untuk kegiatan tulis menulis, Ananda menggunakan kakinya.
Kini Ananda masih duduk di kelas 8 SMP Muhammadiyah Sampang Sempor Kebumen. Melihat prestasi yang disandangnya, sekolah membebaskan Ananda dari segala biaya alias gratis.
Ingin mengharumkan nama sekolahnya, Ananda mendaftar sebagai peserta Lukis Poster Anti Narkoba dalam rangka hari jadi Kebumen. Lomba Poster Anti Narkoba yang diselenggarakan oleh BNK Kebumen bekerjasama dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Kebumen ini diselenggarakan pada hari Minggu 15 Desember 2012 lalu.
Dewi menjadi peserta lomba lukis di antara 100 pendaftar, mulai dari kategori TK, SD, SMP dan SMA sederajat ini. Minder ? Tentu tidak. Semangat Ananda mendapat perhatian besar dari berbagai tokoh masyarakat yang hadir di acara tersebut.
Namun ada kisah tragis di antara semangat dan prestasi di sekolah itu, Ananda kesulitan saat buang air kecil dan besar saat di sekolah. Dia pernah dibantu teman sekolah ketika melakukan hal itu, namun setelah membantu, temannya tersebut malah menjauhinya.
Malu, akhirnya Ananda memilih pulang ke rumah dan dibantu ibunya untuk sekadar buang air besar dan kecil. Masalah tak sampai di situ, rumahnya yang lumayan jauh dari sekolah membuat sekolah khawatir jika Ananda akan ketinggalan pelajaran.
Masalah itu mendapat perhatian dari tokoh pemerhati masalah sosial dan peduli pendidikan Kabupaten Kebumen, Bambang Priambodo.
Bambang sudah menyampaikan kepada para guru di sekolah tersebut agar ada tenaga yang menjadi relawan untuk membantu Ananda.
"Untuk relawan, kami tengah mencari donator agar ada sedikit imbalan," ujar Bambang.
Bambang mengatakan, dengan adanya relawan itu, jika Ananda mau melakukan kegiatan yang mesti menggunakan tangan, sudah ada yang membantunya.
Meski berasal dari keluarga tak mampu, Ananda, sapaan akrabnya mempunyai cita-cita setinggi langit. Untuk mewujudkan cita-citanya, dia berkeinginan keras untuk bersekolah. Tetapi tak sedikit sindiran yang diperolehnya atas keinginan untuk bersekolah, Ananda menjawabnya dengan prestasi di sekolah. Untuk kegiatan tulis menulis, Ananda menggunakan kakinya.
Kini Ananda masih duduk di kelas 8 SMP Muhammadiyah Sampang Sempor Kebumen. Melihat prestasi yang disandangnya, sekolah membebaskan Ananda dari segala biaya alias gratis.
Ingin mengharumkan nama sekolahnya, Ananda mendaftar sebagai peserta Lukis Poster Anti Narkoba dalam rangka hari jadi Kebumen. Lomba Poster Anti Narkoba yang diselenggarakan oleh BNK Kebumen bekerjasama dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Kebumen ini diselenggarakan pada hari Minggu 15 Desember 2012 lalu.
Dewi menjadi peserta lomba lukis di antara 100 pendaftar, mulai dari kategori TK, SD, SMP dan SMA sederajat ini. Minder ? Tentu tidak. Semangat Ananda mendapat perhatian besar dari berbagai tokoh masyarakat yang hadir di acara tersebut.
Namun ada kisah tragis di antara semangat dan prestasi di sekolah itu, Ananda kesulitan saat buang air kecil dan besar saat di sekolah. Dia pernah dibantu teman sekolah ketika melakukan hal itu, namun setelah membantu, temannya tersebut malah menjauhinya.
Malu, akhirnya Ananda memilih pulang ke rumah dan dibantu ibunya untuk sekadar buang air besar dan kecil. Masalah tak sampai di situ, rumahnya yang lumayan jauh dari sekolah membuat sekolah khawatir jika Ananda akan ketinggalan pelajaran.
Masalah itu mendapat perhatian dari tokoh pemerhati masalah sosial dan peduli pendidikan Kabupaten Kebumen, Bambang Priambodo.
Bambang sudah menyampaikan kepada para guru di sekolah tersebut agar ada tenaga yang menjadi relawan untuk membantu Ananda.
"Untuk relawan, kami tengah mencari donator agar ada sedikit imbalan," ujar Bambang.
Bambang mengatakan, dengan adanya relawan itu, jika Ananda mau melakukan kegiatan yang mesti menggunakan tangan, sudah ada yang membantunya.
Qian Hongyan, gadis tanpa kaki yang jadi perenang handal
Sebuah kecelakaan mobil telah membuat kebahagiaan seorang bayi terenggut. Qian Hongyan, baru berusia tiga tahun saat kecelakaan mobil menimpanya. Akibat kecelakaan tahun 2000 itu, kedua kakinya harus diamputasi hingga sebatas bokong.
Qian Hongyan di Zhuangxia, China bukan berasal dari keluarga kaya yang bisa membelikannya peralatan untuk membantunya berjalan. Namun gadis kecil itu tetap tumbuh meski harus berjalan dengan kedua tangannya. Kecelakaan telah mengambil kedua kakinya, tetapi tidak semangat dan tekadnya.
Untuk membantunya berjalan dan menghindari gesekan aspal dan tanah dengan bokongnya kedua orang tuanya memberinya bola basket yang dibelah. Belahan bola basket tersebut jadi alas pantatnya agar mampu diseret saat berjalan dengan kedua tangannya.
Untuk membantu berdiri, Hongyan menggunakan gagang sikat sebagai alas tangannya saat berjalan menapak tanah atau jalanan beraspal atau berkerikil tajam. Dengan belahan bola basket dan sikat di kedua tangannya, Hongyan nyatanya bisa berangkat ke sekolah pergi pulang setiap harinya.
Pemberitaan mengenai Hongyan pun menyebar ke seluruh penjuru dunia. Semangat dan kegigihan Hongyan menyentuh hati jutaan orang di seantero dunia. Hongyan pun dijuluki sebagai 'Gadis Bola basket'.
Banyak media yang menulis kisah hidup gadis bola basket ini. Tak sedikit yang menjadikannya sebagai tokoh inspiratif. Dengan segala keterbatasannya, Hongyan tetap semangat dalam mengarungi hidup dan masa depannya.
Kekaguman terhadap Hongyan tidak hanya berhenti di situ. Meski tidak memiliki kaki, Hongyan tetap bercita-cita menjadi perenang tercepat. Dia tidak pernah membiarkan cacatnya menghambat impiannya. Impiannya adalah untuk bersaing sebagai perenang dalam tahun 2012 Paralimpiade (Olimpiade untuk penyandang cacat).
Maka ia pun mulai mencoba mengikuti berbagai lomba renang bagi orang-orang yang mengalami cacat tubuh. Hongyan mengaku bahwa tergerak melihat para atlet renang berlomba-lomba dan berusaha keras dalam sebuah Olimpiade renang dunia.
Meski begitu, awalnya pelatih renangnya tak yakin bahwa Hongyan akan masuk dalam olimpiade kelas dunia. Bahkan, Zhang, sang pelatih tak begitu memperhatikan Hongyan. Sampai akhirnya ia menyadari talenta besar yang dimiliki gadis tersebut.
Talenta besar yang dimiliki Hongyan adalah tekad dan semangat yang kuat untuk mewujudkan impiannya. Dengan segala keterbatasan yang dia miliki, Hongyan mampu meyakin sang pelatih bahwa dia layak diperhitungkan.
Qian Hongyan adalah salah inspirator. Dengan keterbatasannya namun tidak mengenal lelah dalam mewujudkan impiannya. Keterbatasannya seolah menjadi cambuk untuk dirinya agar tidak dipandang sebelah mata. Tekad dan semangat yang kuat membuat Hongyan layak diacungi jempol. Sudahkah kita memiliki semangat seperti Hongyan?
Qian Hongyan di Zhuangxia, China bukan berasal dari keluarga kaya yang bisa membelikannya peralatan untuk membantunya berjalan. Namun gadis kecil itu tetap tumbuh meski harus berjalan dengan kedua tangannya. Kecelakaan telah mengambil kedua kakinya, tetapi tidak semangat dan tekadnya.
Untuk membantunya berjalan dan menghindari gesekan aspal dan tanah dengan bokongnya kedua orang tuanya memberinya bola basket yang dibelah. Belahan bola basket tersebut jadi alas pantatnya agar mampu diseret saat berjalan dengan kedua tangannya.
Untuk membantu berdiri, Hongyan menggunakan gagang sikat sebagai alas tangannya saat berjalan menapak tanah atau jalanan beraspal atau berkerikil tajam. Dengan belahan bola basket dan sikat di kedua tangannya, Hongyan nyatanya bisa berangkat ke sekolah pergi pulang setiap harinya.
Pemberitaan mengenai Hongyan pun menyebar ke seluruh penjuru dunia. Semangat dan kegigihan Hongyan menyentuh hati jutaan orang di seantero dunia. Hongyan pun dijuluki sebagai 'Gadis Bola basket'.
Banyak media yang menulis kisah hidup gadis bola basket ini. Tak sedikit yang menjadikannya sebagai tokoh inspiratif. Dengan segala keterbatasannya, Hongyan tetap semangat dalam mengarungi hidup dan masa depannya.
Kekaguman terhadap Hongyan tidak hanya berhenti di situ. Meski tidak memiliki kaki, Hongyan tetap bercita-cita menjadi perenang tercepat. Dia tidak pernah membiarkan cacatnya menghambat impiannya. Impiannya adalah untuk bersaing sebagai perenang dalam tahun 2012 Paralimpiade (Olimpiade untuk penyandang cacat).
Maka ia pun mulai mencoba mengikuti berbagai lomba renang bagi orang-orang yang mengalami cacat tubuh. Hongyan mengaku bahwa tergerak melihat para atlet renang berlomba-lomba dan berusaha keras dalam sebuah Olimpiade renang dunia.
Meski begitu, awalnya pelatih renangnya tak yakin bahwa Hongyan akan masuk dalam olimpiade kelas dunia. Bahkan, Zhang, sang pelatih tak begitu memperhatikan Hongyan. Sampai akhirnya ia menyadari talenta besar yang dimiliki gadis tersebut.
Talenta besar yang dimiliki Hongyan adalah tekad dan semangat yang kuat untuk mewujudkan impiannya. Dengan segala keterbatasan yang dia miliki, Hongyan mampu meyakin sang pelatih bahwa dia layak diperhitungkan.
Qian Hongyan adalah salah inspirator. Dengan keterbatasannya namun tidak mengenal lelah dalam mewujudkan impiannya. Keterbatasannya seolah menjadi cambuk untuk dirinya agar tidak dipandang sebelah mata. Tekad dan semangat yang kuat membuat Hongyan layak diacungi jempol. Sudahkah kita memiliki semangat seperti Hongyan?
Pianis cilik yang tunanetra (Kisah Yoo Ye - eun)
Namanya Yoo Ye-eun, sekarang berusia 5 tahun. Terlahir dengan tidak memiliki mata, dia ditinggalkan keduaorangtuanya karena malu mempunyai anak cacat.
Namun keistimewaannya, jari-jari kecil Yoo Ye-eun sangat piawai dalam bermain piano. Dia tidak pernah mendapat pendidikan bermain piano secara formal. Namun yang diketahui, sejak berusia 3 tahun dia dapat memainkan setiap lagu yang didengarnya, walaupun hanya satu kali, dengan menggunakan piano.
Bahkan ketika Yoo Ye-eun berbicara, orang-orang yang mendengarnya akan dengan mudah mengambil kesimpulan bahwa anak ini akan menjadi Mozart berikutnya.
Menurut ibu angkatnya Park Jung Soon, anaknya memiliki bakat yang sempurna, mereka tidak pernah memasukannya ke sekolah piano, juga tidak pernah mengajarkannya bermain piano.
Video penampilannya di situs terkenal Korea, Pandora TV, telah dilihat sebanyak 27 juta kali. Video serupa juga pernah di upload ke Youtube, dan telah ditonton sebanyak 2 juta kali, sebelum akhirnya video itu di hapus.
Pada bulan Mei lalu ia berduet dengan penyanyi cilik asal Inggris Connie Talbot, yang pernah menjadi bintang dalam acara Britain’s Got Talent. Mereka berdua membawakan lagu ‘You Raise me Up’ yang disambut gegap gempita oleh penonton.
Namun keistimewaannya, jari-jari kecil Yoo Ye-eun sangat piawai dalam bermain piano. Dia tidak pernah mendapat pendidikan bermain piano secara formal. Namun yang diketahui, sejak berusia 3 tahun dia dapat memainkan setiap lagu yang didengarnya, walaupun hanya satu kali, dengan menggunakan piano.
Bahkan ketika Yoo Ye-eun berbicara, orang-orang yang mendengarnya akan dengan mudah mengambil kesimpulan bahwa anak ini akan menjadi Mozart berikutnya.
Menurut ibu angkatnya Park Jung Soon, anaknya memiliki bakat yang sempurna, mereka tidak pernah memasukannya ke sekolah piano, juga tidak pernah mengajarkannya bermain piano.
Video penampilannya di situs terkenal Korea, Pandora TV, telah dilihat sebanyak 27 juta kali. Video serupa juga pernah di upload ke Youtube, dan telah ditonton sebanyak 2 juta kali, sebelum akhirnya video itu di hapus.
Pada bulan Mei lalu ia berduet dengan penyanyi cilik asal Inggris Connie Talbot, yang pernah menjadi bintang dalam acara Britain’s Got Talent. Mereka berdua membawakan lagu ‘You Raise me Up’ yang disambut gegap gempita oleh penonton.
" Mereka adalah orang - orang yang membuktikan bahwa dengan kekayaan hati yang mereka miliki, maka kekurangan yang mereka miliki justru menjadi kekuatan tersendiri untuk menghadapi rasa ketakutan mereka pada kehidupan "
semoga dapat menginspirasi teman - teman...
No comments:
Post a Comment